Puisi Merdeka atau Mati

 

gurat-pena

Merdeka atau Mati

" selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga! "

   Bung Tomo dengan gagahnya membakar semangat juang para tokoh pahlawan pemuda yang tidak terdata satu persatu siapa dan darimana berasal.

   Merdeka atau mati itu semboyannya. Cita-cita Bangsa yang tidak murah harganya. Satu Nusa satu Bangsa yang merdeka.

   Hari ini adalah milik kita!

   Pun besok juga tetap milik kita!

   Tidak satupun berhak merusak, menindas, bahkan mengganggu kemerdekaan ini!

   Perjuangan ratusan tahun. Anak kehilangn orang tuanya, kakak kehilangan adiknya, suami kehilangan istrinya, pecinta kehilangan kekasihnya!

   Rangkaian peristiwa dari Rengasdengklok, penjahitan bendera Merah-Putih, penyusunan naskan proklamasi hingga pada saatnya. 17 Agustus 1945, dengan gagah berani Sang Saka Merah-Putih berkibar lengkap dengan panji-panjinya. Seketika pula dibacakan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, dengan meng-atas namakan Bangsa Indonesia, sebuah teks proklamasi.


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.


Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta


   Perjuangan mereka yang gugur tidak akan sia-sia. Darah mereka yang mengalir ke seluruh penjuru tanah ini tidak akan dianggap percuma.

      "Berikan aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang DUNIA"

   Giliran kita untuk mempertahankan semua. Bersatu kita teguh bercerai maka kita runtuh


Penulis : Wili Iriyanti


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Jingga Dalam Senja

Puisi Tak Sangka Menjadi Nyata

Puisi Biarkan Aku Bersinar